EFEKTIFITAS
PENGGUNAAN METODE HAFALAN DALAM PROSES PEMBELAJARAN AL-QUR’AN HADITS DI MTS.
THORIQOTUL ULUM TLOGOHARUM WEDARIJAKSA PATI
PROPOSAL
Disusun Guna Memenuhi
Tugas Akhir Semester
Mata Kuliah : Pratikum Penelitian
Dosen Pengampu
: Setyoningsih, M. Pd
Disusun oleh :
SUGIARTI
110364
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN TARBIYAH / PAI
2012
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap
guru memiliki kepribadian keguruan yang unik.Tidak ada dua guru yang memiliki
kepribadian keguruan yang sama. Sebagaimana halnya dalam belajar, setiap orang
memiliki modalitas mengajar yang dominan. Modalitas mengajar guru biasanya sama
dengan modalitas belajarnya. Guru yang cenderung visual biasanya ketika dia
menjadi pelajar merupakan pelajar yang visual pula. Hal itu terjadi secara
alamiah.[1]
Guru
yang berorientasi untuk kepentingan siswa tertentu tidak akan menuruti
kecenderungan modalitasnya didalam mengajar, tetapi akan memperhatikan
modalitas siswanya didalam belajar. Sebagian siswa mungkin memiliki modalitas
belajar yang sama dengan guru, tapi mungkin banyak yang tidak sama. Apabila
guru menuruti modalitasnya dalam mengajar, maka siswa yang modalitasnya tidak
sama dengan guru mungkin tidak akan dapat menangkap semua yang diajarkan atau
mendapat tantangan yang besar dalam mempelajari bahan pelajaran, sebab secara
harfiah mereka memproses dunia melalui bahasa yang berbeda dengan guru.
Guru
yang memiliki dedikasi tinggi tentu akan senang dapat menjangkau semua siswa
dengan modalitas yang berbeda-beda. Oleh sebab itu meskipun cara belajar dan
mengajar guru mencerminkan kecenderungan modalitasnya, guru hendaknya berupaya
mengembangkan semua modalitas belajar mengajar. Disamping itu, guru hendak
senantiasa mengembangkan kepribadian keguruan untuk menyempurnakan penguasaan
terhadap berbagai kompetensi dibidang keguruan yang kian terus berkembang.[2] Dalam
hal ini kompetensi untuk menetapkan, mengembangkan dan menggunakan semua metode
mengajar sehingga terjadilah kombinasi dan variasi yang efektif.
Metode
yang sama tidak akan membuahkan hasil yang sama ditangan gguru yang
berbeda-beda. Suatu metode yang dianggap kurang baik oleh sebagian guru,
mungkin merupakan metode yang baik ditangan sebagian guru yang lain.
Sebaliknya, suatu metode dianggap baikpun akan menjadi buruk ditangan guru yang
tidak menguasai teknik pelaksanaannya.
Mata
pelajaran al-Qur’an Hadits adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan
dibangku madrasah mulai tingkat ibtidaiyah, tsanawiyah sampai aliyah. Mata pelajaran
ini diajarkan pada siswa dengan tujuan agar siswa memiliki bekal kemampuan
menguasai al-Qur’an dan Hadits sebagai pedoman hidup menuju kebahagiaan hakiki
yakni kebahagiaan didunia dan kebahagiaan diakhirat.
Al-Qur’an
Hadits sebagai salah satu mata pelajaran,didalamnya terdapat sejumlah materi
yang berkaitan dengan kompetensi membaca, menulis, menghafal, menerjemahkan
sampai mengetahui kandungan ayat atau hadits, juga terhadap asbabun nuzul atau
asbabul wurud dari materi tersebut.
Tentunya,
untuk mencapai kompetensi siswa agar dapat menguasai sejumlah materi yang
dibebankan dalam mata pelajaran ini, guru harus memiliki metode yang tepat agar
siswa benar-benar dapat tercapai sebagaimana yang diharapkan.
Pemberian
tugas untuk menghafal ayat atau matan hadits adalah salah satu metode yang
dilakukan guru untuk mempercepat penguasaan materi al-Qur’an Hadits, termasuk
yang dilakukan oleh sejumlah guru yang mengampu di MTs. Thoriqotul Ulum
Tlogoharum Wedarijaksa Pati.
Bertitik
pada penjelasan diatas, untuk mengetahui efektifitas penggunaan metode
menghafal ini, penulis ingin mendalami lebih jauh dengan mengangkat judul
proposal ini tentang “EFEKTIFITAS PENGGUNAAN METODE HAFALAN DALAM PROSES
PEMBELAJARAN AL-QUR’AN HADITS DI MTS. THORIQOTUL ULUM TLOGOHARUM WEDARIJAKSA PATI”.
B. Fokus Penelitian
Penelitian
ini difokuskan pada MTs Thoriqotul Ulum dan batasan masalahnya adalah:
1. Efektifitas metode hafalan dalam proses
pembelajaran Al-Qur’an Hadits di MTs. Thoriqotul Ulum Tlogoharum Wedarijaksa
Pati
2. Tinjauan proses pembelajaran dan
pelaksanaan metode hafalan dalam pembelajaran Al-Qur’an Hadits di MTs.
Thoriqotul Ulum Tlogoharum Wedarijaksa Pati
C. Rumusan Masalah
Bertolak
dari latar belakang masalah yang dikemukakan diatas, maka pokok permasalahan
yang menjadi fokus dalam masalah ini adalah :
1. Bagaimana pelaksanaan metode hafalan
dalam pembelajaran Al-Qur’an Hadits di MTs. Thoriqotul Ulum Tlogoharum
Wedarijaksa Pati ?
2. Bagaimana proses pembelajaran Al-Qur’an
Hadits di MTs. Thoriqotul Ulum Tlogoharum Wedarijaksa Pati ?
3. Bagaimana efektifitas metode hafalan
dalam pembelajaran Al-Qur’an Hadits di MTs. Thoriqotul Ulum Tlogoharum
Wedarijaksa Pati ?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan
penelitian ini adalah :
1. Mengetahui pelaksanaan metode hafalan
dalam pembelajaran Al-Qur’an Hadits di MTs. Thoriqotul Ulum Tlogoharum
Wedarijaksa Pati.
2. Mengetahui proses pembelajaran Al-Qur’an
Hadits di MTs. Thoriqotul Ulum Tlogoharum Wedarijaksa Pati.
3. Mengetahui efektif atau tidaknya metode
hafalan dalam pembelajaran Al-Qur’an Hadits di MTs. Thoriqotul Ulum Tlogoharum
Wedarijaksa Pati.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat
penelitian ini adalah :
1. Bagi penulis dapat dijadikan pengalaman
dan pengetahuan yang dapat dipahami sebagai pedoman untuk membantu dan
melanjutkan kegiatan penelitian dimasa yang akan datang dalam dunia pendidikan.
2. Diharapkan dapat memberikan manfaat dan
menambah wawasan bagi para guru, khususnya pengampu mata pelajaran al-Qur’an
Hadits untuk memaksimalkan fungsinya agar tercapai tujuan yang diharapkan.
3. Memberikan masukan kepada pihak yang
ingin melakukan penelitian lebih lanjut tentang permasalahan yang berhubungan
dengan metode pembelajaran.
BAB
II
METODE
HAFALAN
DALAM
PROSES PEMBELAJARAN AL-QUR’AN HADITS
A. Deskripsi Pustaka
1. Metode Hafalan
a. Pengertian, Fungsi, dan Tujuan Metode
Hafalan
Metode
adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.[3]Metode
pembelajaran berarti cara-cara yang ingin dicapai oleh guru agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Dalam
proses pembelajaran, pendidik dalam memilih metode pembelajaran sebaiknya
memperhatikan tujuan pendidikan, kemampuan pendidik, kebutuhan peserta didik
dan isi atau materi pembelajaran. Nana Sudjana telah mengidentifikasi beberapa
metode pembelajaran aktif, diantaranya metode hafalan.[4]
Hafalan berasal dari kata ‘hafal’ yang berarti telah masuk dalam ingatan, dapat
mengucapkan diluar kepala.[5] Jadi,
menghafal berarti berusaha mempelajari sesuatu agar masuk ke dalam ingatan
supaya hafal sehingga dapat mengucapkan diluar kepala dengan ingatannya.
Secara
teori dapat kita bedakan adanya tiga aspek dalam berfungsinya ingatan, yaitu
mencamkan, yakni kesan-kesan, menyimpan kedan-kesan dan memproduksi
kesan-kesan. Atas dasar inilah biasanya ingatan didefinisikan sebagai kecakapan
untuk menerima, menyimpan dan memproduksi kesan-kesan.[6]
Menghafal
memiliki tujuan agar selalu ingat dengan sesuatu yang telah dihafalnya.
Menghafal teks atau naskah ada kalanya harus sesuai dengan naskah aslinya tanpa
adanya pengurangan titik koma dan sebagainya. Hafalan yang baik akan membantu
seseorang mempertahankan argumentasinya menuju suatu kebenaran.
b. Tata Cara Penerapan Metode Hafalan
Metode
hafalan, terutama dalam menghafal ayat al-qur’an atau matan hadits dapat
diterapkan dengan beberapa cara, diantaranya :
1) Menurut Muhaimin Zen
Adapun
metode yang biasanya dapat digunakan untuk menghafal terutama ayat al-Qur’an
atau matan hadits, yaitu tahfiz dan takrir.[7] Tahfiz
yaitu menghafal materi baru yang belum pernah dihafal. Adapun caranya :
a) Pertama
kali terlebih dahulu penghafal membaca bin-nadhar (dengan melihat
tulisan/mushaf) materi yang akan diperdengarkan kehadapan instruktur minimal
tiga kali.
b) Setelah
dibaca bin-nadhar dan terasa ada bayangan lalu dibaca dengan hafalan
(tanpa melihat mushaf) minimal tiga kali dalam satu kalimat dan maksimal tidak
terbatas. Apabila sudah dibaca dan minimal tiga kali belum hafal maka perlu
ditingkatkan sampai menjadi hafal betul dan tidak boleh menambah materi baru.
c) Setelah
satu kalimat tersebut ada dampaknya dan menjadi hafal dengan lancar lalu
ditambah dengan merangkaikan kalimat berikutnya sehingga menjadi sempurna satu
ayat. Materi-materi itu selalu dihafal sebagaimana halnya menghafal pada materi
pertama, kemudian dirangkaikan dengan mengulang-ulang materi atau kalimat yang
telah lewat minimal tiga kali dalam satu ayat dan maksimal tidak terbatas
sampai betul-betul hafal. Tetapi apabila materi hafalan satu ayat ini belum
lancar betul, maka tidak boleh pindah ke materi berikutnya.
d) Setelah
materi satu ayat ini dikuasai hafalannya dengan hafalan yang betul-betul
lancar, maka diteruskan dengan menambah materi ayat-ayat baru dengan membaca bin-nadhar
terlebih dahulu dan mengulang-ulang
seperti pada materi pertama. Setelah ada bayangan lalu dilanjutkan dengan
membaca tanpa melihat mushaf sampai hafal betul sebagaimana halnya menghafal
ayat-ayat pertama.
e) Setelah
mendapatkan hafalan dua ayat dengan baik dan lancar tidak terdapat kesalahan
lagi maka hafalan tersebut diulang-ualang mulai dari materi ayat pertama
dirangkai dengan ayat kedua minimal tiga kali dan maksimal tidak terbatas.
Begitu pula menginjak ayat-ayat berikutnya sampai ke batas waktu yang
disediakan habis dan pada materi yang ditargetkan.
f) Setelah
materi yang ditentukan menjadi hafal dengan baik dan lancar, lalu hafalan ini
diperdagangkan dihadapan instruktur untuk mendapatkan petunjuk-petunjuk dan dibimbing
seperlunya.
g) Waktu
menghadap instruktur pada hari kedua, penghafal memperdengarkan materi baru
yang sudah ditemukan dan mengulang materi hari pertama. Begitu pula pada hari
ketiga, materi hari pertama, hari kedua, dan hari ketiga harus selalu
diperdengarkan untuk lebih memantapkan hafalannya.[8]
Sedangkan
taqrir adalah mengulang hafalan yang sudah diperdengarkan kepada instruktur.[9]Dalam
hal ini, berimbangan antara tahfiz dan takrir adalah satu banding
sepuluh.
2) Menurut Syaikh Abdurrabb Nawabuddin
Proses
menghafal al-Qur’an dapat dilakukan dengan metode deduktif dan induktif.[10]Metode
deduktif, yaitu mengulang-ulang hafalan sekalipun panjang sebagai satu kesatuan
atau banyak tanpa dibagi-bagi.[11]Misalnya
dalam menghafal surat An-Nur ada 3 bagian sekitar 8 lembar seorang enghafal
harus mengulangnya dengan banyak pengulangan.
Metode
induktif, yaitu membuang target hafalan dalam limitasi jumlah materi yang
hendak dihafal, tujuh baris, sepuluh baris dan seterusnya.
Semua
metode diatas dapat dijadikan pedoman menghafal al-Qur’an dan matan hadits.
Praktik penggunaannya terserah pada calon penghafal yang menurutnya sesuai
dengan karakter seseorang yang bersangkutan sebagai alternatif, sehingga akan menghilangkan
kejenuhan dalam cara menghafal.
c. Problematika Metode Hafalan
Untuk
dapat menjadi mudah dalam menghafal terutama ayat-ayat al-Qur’an atau matan
hadits berikut dikemukakan secara umum problematika dalam penerapan metode
hafalan, antara lain :
1) Usia
Sebenarnya
tidak ada batasan usia tertentu untuk memulai menghafal ayat atau matan hadits,
tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa usia seseorang memang berpengaruh terhadap
keberhasilan menghafal. Seorang penghafal yang masih muda jelas akan lebih
potensial daya serapnya terhadap materi-materi yang dibaca atau didengarkannya,
dibangding dengan mereka yang berusia lanjut, meskipun tidak bersifat mutlak.
Sebagaimana hadits nabi dari Ibnu Abbas r.a Rasulullah SAW bersabda :
حفظ
الغلام الصغير كلنقش في الحجر وحفظ الرجل بعد ما يكبر كالكتاب على الماء. (رواه
الخطيب)
Artinya:
“ Hafalan anak kecil bagaikan ukiran di atas batu, dan hafalan sesudah dewasa
bagaikan menulis di atas air.” (HR. Al-Khatib).
2) Waktu
Diantara
penghafal al-Qur’an atau matan hadits, ada yang menghafal secara khusus,
artinya tidak ada kesibukan lain kecuali menghafal dan ada pula yang mempunyai
kesibukan lain, seperti sekolah/ kuliah, mengajar, dan lain-lain. Bagi mereka yang
tidak mempunyai kesibukan lain dapat mengoptimalkan seluruh kemampuan dan dapat
memaksimalkan seluruh kapasitas waktu untuk menghafal dan akan lebih cepat
selesai. Sebaliknya, bagi mereka yang mempunyai aktifitas lain harus
pandai-pandai memanfaatkan waktu.
3) Tempat
Agar
proses menghafal al-Qur’an dapat berhasil, maka diperlukan tempat yang ideal
untuk tercipta konsentrasi. Menurut Ahsin Wijaya kriteria tempat yang ideal
untuk menghafal al-Qur’an yaitu : jauh dari kebisingan, bersih dan suci dari
kotoran dan najis, cukup ventilasi untuk terjaminnya pergantian udara, tidak
terlalu sempit, cukup penerangan, mempunyai temperatur yang sesuai dengan
kebutuhan, tidak memungkinkan timbulnya gangguan, yakni jauh dari telepon, atau
ruang tamu, atau tempat itu biasa untuk ngobrol.[12]
Jadi,
pada dasarnya tempat menghafal harus dapat menciptakan suasana yang penuh untuk
konsentrasi dalam menghafal ayat al-Qur’an maupun matan hadits.
2. Proses Pembelajaran Al-Qur’an Hadits
a. Pengertian, Fungsi dan Tujuan Proses Pembelajaran
Pembelajaran
berasal dari kata belajar yang berarti adanya perubahan pada diri seseorang.
Perubahan yang dimaksud mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Pembelajaran merupakan kegiatan yang
dilakukan oleh seseorang dengan lingkungannya sehingga orang tersebut dapat
berubah ke arah yang lebih baik.
Masing-masing
komponen dalam proses pembelajaran perlu dikelola secara profesional. Tujuannya
agar masing-masing komponen tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal. Hal ini
akan terwujud, jika guru sebagai design pembelajaran memiliki kompetensi
manajemen pembelajaran.
b. Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran
Guru
selalu mengharap agar siswa memperoleh hasilyang optimal dalam pembelajaran.
Tetapi dalam kenyataannya, banyak siswa yang menunjukkan gejala tidak dapat
mencapai hasil belajar sesuai harapan guru tersebut. Beberapa siswa menunjukkan
nilai yang masih rendah,meskipun telah dilakukan berbagai upaya perbaikan oleh
guru.
Nana
Sudjana menjelaskan bahwa proses belajar dapat dipengaruhi oleh dua faktor,
yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang
berasal dari dalam diri siswa yang berupa keadaan atau kondisi, baik jasmani
maupun rohani. Sedangkan faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar
siswa yang kondisinya bisa berupa pengaruh lingkungan yang berasal dari luar
siswa yang kondisinya berupa pengaruh lingkungan peserta didik.
c. Al-Qur’an Hadits
Definisi
Qur’an, ialah “kalam Allah SWT yang tiada tandingannya (mukjizat) yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan perantaraan malaikat Jibril AS
tertulis dalam mushaf yang sampai kepada kita dengan jalan mutawatir, dinilai
beribadah bagi yang membacanya, dimulai dari surat al-Fatihah dan diakhiri
dengan surat an-Nas”.[13]
Menurut
ulama’ ahli hadits,sunnah atau hadits adalah sesuatu yang merupakan
perkataan-perkataan, perbuatan-perbuatan, dan taqrir (penetapan) Rasulullah.[14]
Secara
historis, al-Qur’an hadits menjadi salah satu mata pelajaran di madrasah karena
pada hakekatnyamerupakan penjabaran dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
yang menuntut pengembangan kompetensi siswa di madrasah agar siswa menguasai
sejumlah materi keagamaan setelah menamatkan pendidikannya di madrasah
dibanding mereka yang menempuh pada pendidikan sekolah (bukan madrasah).
Al-Qur’an
hadits sebagai salah satu mata pelajaran yang harus diikuti siswa di madrasah ini
diharapakan mampu membekali siswa agar memiliki kemampuan membaca al-Qur’an
dengan baik dan benar, memahami isi kandungan ayat al-Qur’an serta mampu
menerapkan konsep itu dalam kehidupan sehari-hari.
3. Pelaksanaan Pembelajaran Al-Qur’an
Hadits
Langkah
yang ditempuh yaitu guru datang lebih awal dari waktu yang dijadwalkan. Hal ini
dilakukan agar guru dapat menyiapkan pembelajaran dengan baik.
Teknik
yang dilakukan guru pengampu dalam pelajaran al-Qur’an hadits dalam tahap
penjajagan ini yaitu memberi sejumlah pertanyaan tentang hafalan ayat atau
hadits yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya. Selanjutnya tahap
kedua, guru pengampu mata pelajaran al-Qur’an hadits menyampaikan program
pembelajaran yang akan dipelajari hari itu. Tahap ketiga, guru pengampu
menjelaskan materi-materi penting yang terkait dengan tujuan pembelajaran. Tahap
keempat, merupakan tahap untuk memberi kesempatan kepada peserta didik
melakukan latihan-latihan. Tahap kelima, guru menyimpulkan dari materi-materi
yang telah dipelajari. Tahap terakhir yaitu guru pengampu melakukan tahap
evaluasi.
B. Hasil PenelitianTerdahulu
Noor
Kholis, Efektivitas Metode Menghafal Al-Qur’an Terhadap Prestasi Menghafal Al-Qur’an
Bagi Santri Cilik di Pondok Hufadz “Yanbu’ut Tahfidhil Qur’an” Desa Purworejo
Kecamatan Bonang Kabupaten Demak, STAIN Kudus, Jurusan Tarbiyah, 2004.
Shofii, Pengaruh
Aktifitas Menghafal Al-Qur’an Terhadap Prestasi Belajar Bahasa Arab Di Pondok
Tahfidh Anak-anak Yanbu’ul Qur’an MI Tahfidhul Qur’an Krandon Kudus Tahun 2003,
STAIN Kudus, Jurusan Tarbiyah, 2003.
Moh.
Thotibul Umam, Pembelajaran Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits Di MTs.
Isma’iliyah Desa Nalumsari, Nalumsari, Jepara Tahun Pelajaran 2010/2011,STAIN
Kudus, 2011.
BAB
III
METODE
PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
1. Jenis Penelitian
Sesuai
dengan objeknya, penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research)
yaitu penelitian dengan cara terjun langsung ke lokasi penelitian dan studi
partisipatoris yaitu pengamatan langsung yang melibatkan peneliti didalamnya,[15]
dengan mengambil studi kasus (case study) di MTs. Thoriqotul Ulum
Tlogoharum Wedarijaksa Pati. Artinya penelitian ini berupaya memberikan
gambaran-gambaran yang mendetail latarbelakang, sifat-sifat serta karakter yang
khas dari kasus yang diambil kemudian ditarik pada suatu hal yang bersifat umum
(generalisasi).
2. Pendekatan penelitian
Karena
sifat penelitian ini adalah kualitatif, yang mendasarkan pada pertimbangan
bahwa fokus penelitian adalah hasil verifikasi terhadap bagaiman efektif metode
hafalan dalam pembelajaran al-qur’an hadits di MTs. Thoriqotul Ulum Tlogoharum
Wedarijaksa Pati.
Untuk
itu penelitian dilakukan melalui suatu kajian terhadap proses pembelajaran mata
pelajaran al-qur’an hadits di MTs. Thoriqotul Ulum Tlogoharum Wedarijaksa Pati.
Dengan pendekatan kualitatif, diharapkan dapat menangkap dan situasi dan
permasalahan-permasalahan yang dihadapi guru pengampu mapel al-qur’an hadits,
serta upaya-upaya yang dilakukan dalam mengatasi masalah yang diperoleh
pemahaman yang konkrit dan relatif mendalam.
B. Sumber Data
Dalam
metode kualitatif, orang-orang yang menjadi sumber data disebut informan.
Sumber data adalah sebagai berikut:
1. Sumber data primer
Sumber
data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul
data. Berkaitan dengan hal tersebut, wawancara mendalam dilakukan kepada guru
al-qur’an hadits di MTs. Thoriqotul Ulum Tlogoharum Wedarijaksa Pati.
2. Sumber data sekunder
Sumber
data sekunder adalah sumber dari yang tidak langsung memberikan data pada
pengumpul data, misalnya lewat dokumen-dokumen.
C. Lokasi Penelitian
Penelitian
ini dilakukan di MTs. Thoriqotul Ulum di desa Tlogoharum kecamatan Wedarijaksa
kabupaten Pati.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Metode
observasi yaitu metode yang diadakan
dengan cara mengadakan pengamatan terhadap obyek baik secara langsung maupun
tidak langsung.[16]Metode
ini digunakan untuk mendapatkan data tentang keadaan geografis, sarana dan
prasarana yang dimiliki, kondisi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat sekitar,
dan efektif atau tidaknya penggunaan metode hafalan dalam proses pembelajaran
al-Qur’an hadits di MTs. Thoriqotul Ulum Tlogoharum Wedarijaksa Pati.
2. Wawancara
Metode
wawancara (interview) adalah alat pengumpulan data dengan cara mengajukan
pertanyaan secara lisan dan untuk dijawab secara lisan pula, yaitu kontak
langsung dengan tatap muka antara pencari informasi (interviewer) dan sumber
informasi (interview).[17] Wawancara
ini ditujukan kepada guru pengampu mata pelajaran al-Qur’an hadits dan para
siswa di MTs. Thoriqotul Ulum Tlogoharum Wedarijaksa Pati.
3. Dokumentasi
Metode
dokumentasi adalah metode mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang
berupa catatan, transkrip, buku, majalah, surat kabar, notulen rapat, agenda,
dan sebagainya.[18]Metode
dokumentasi ini adalah untuk mencermati langkah-langkah guru al-qur’an hadits
dalam pembelajaran, prestasi siswa dan fasilitas pendukung pembelajaran, serta
dokumen perangkat pembelajaran guru.
E. Uji Keabsahan Data
Dalam
penelitian kualitatif temuan atau data dinyatakan valid apabila tidak ada
perbedaan antarayang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada
objek yang diteliti.
1. Uji Kredibilitas
Uji
kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif
antara lain dilakukan denga perpanjangan pengamatan, ppeningkatan ketekunan
dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus
negatid, dan member check.
2. Uji Transferabilitas
Transferabilitas
pada penelitian kualitatif berkenaan dengan pertanyaan, hingga dimana
penelitian dapat diterapkan atau digunakan dalam situasi lain. Oleh karena itu,
peneliti harus membuat laporannya dengan uraian yang rinci, jelas, sistematik
sehingga dapat dipercaya.
3. Uji Dependabilitas
Pengujian
debendabilitas biasanya dilakukan oleh tim auditor independen, atau pembimbing
untuk mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melaksanakan penelitian.
Jika peneliti tidak mempunyai atau tidak mampu menunjukkan aktivitasnya di
lapangan maka dependabilitas penelitiannya patut diragukan.
4. Uji Konfirmabilitas
Uji
Konfirmabilitas mirip dengan uji dependabilitas sehingga pengujiannya dapat
dilakukan secara bersamaan. Uji konfirmabilitas berarti menguji hasil
penelitian. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang
dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar konfirmabilitas.
F. Analisis Data
Dalam
analisis ini diuraikan tentang penggunaan metode hafalan dalam proses
pembelajaran al-Qur’an hadits.
1. Analisa Metode Hafalan Dalam Pembelajaran
Al-Qur’an Hadits.
Pembelajaran
di kelas dilakukan oleh guru dengan berbagai metode agar tujuan pembelajaran
tercapai secara umum guru melakukan pembelajaran diawali dengan ceramah
dilanjutkan tugas-tugas lain, termasuk menghafal materi yang diajarkan ketika
terjadi proses pembelajaran.
Metode
menghafal ayat al-Qur’an dan matan hadits di MTs. Thoriqotul Ulum mudah
diterapkan karena :
a. Siswa telah memiliki dasar kemampuan
membaca al-Qur’an dengan baik.
b. Siswa terbiasa dengan menghafal.
c. Fungsi hafalan bagi siswa adalah untuk
perbendaharaan kompetensi dalam menunjukkan argumentasi berdebat ketika harus
mengeluarkan statement yang merujuk pada al-Qur’an hadits.
2. Analisa Efektifitas Metode Hafalan dalam
Pembelajaran Al-Qur’an Hadits.
Hasil
dari proses pembelajaran dengan menggunakan metode penugasan untuk menghafal
ayat al-Qur’an dan matan hadits di MTs. Thoriqotul Ulum dapat dikatakan efektif
karena adanya beberapa hal, antara lain :
a. Waktu pembelajarannya disediakan sangat
terbatas sehingga guru pengampu memanfaatkan metode menghafal ayat dan matan
hadits diluar jam pembelajaran. Di kelas guru cukup menjelaskan pokok-pokok
materi serta diskusi dan tanya jawab yang hasilnya dapat dilihat dalam prestasi
siswa pada mata pelajaran al-Qur’an hadits.
b. Menghafal itu mudah dan murah. Tidak perlu
membutuhkan dana untuk mencapai keberhasilannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Departemen Agama, Metodologi
Pendidikan Agama, Dirjen Kelembagaan Agama Islam, Jakarta, 2002
Suwandi, Manajemen Pembelajaran
Mencipta Guru Kreatif dan Berkompetensi, JP Books, Surabaya, 2007
Zuhairini, Metodologi Pendidikan
Agama, Romadhoni, Solo, 1993
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses
Belajar Mengajar, Sinar Baru Algesindo, Bandung, Cet. 6, 2002
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus
Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1993
Sumadi Suryabrata, Psikologi
Pendidikan, Rajawali Press, Jakarta, 1990
Muhaemin Zen, Tata Cara dan
Problematika Menghafal Al-Qur’an, Al-Husna, Jakarta, 1985
Abdurrabb Nawabuddin, Kaifa Tahfazul
Qur’an (terj. Metode Praktis Hafal Al-Qur’an, S. Ziyad Abbas), Firdaus,
Jakarta, 1993
Ahsin Wijaya, Bimbingan Praktis
Menghafal Al-Qur’an, Bumi Aksara, Jakarta, 1994
Muhammad Ali As-Shobuny, At-Tibyan fi
Ulumul Qur’an, Alimul Kutub, Beirut, 1985
Tim Janatika, Qur’an Hadits, Aneka Ilmu, Jilid 2, 2008
Joko Subagyo, Metodologi Penelitian
Teori dan Praktek, Rineka Cipta, 1991
Muhammad Ali, Penelitian Pendidikan
Prosedur dan Strategi, PT Angkasa, Bandung, 1987
Aminul Hadin Harjono, Metodologi
Penelitian Pendidikan, Thoha Putra, Semarang, 1998
Suharsimi Arikunto, Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Rineka Cipta, Jakarta, 1993
[1] Departemen Agama, Metodologi
Pendidikan Agama, Dirjen Kelembagaan Agama Islam, Jakarta, 2002, hlm. 100
[2] Suwandi, Manajemen
Pembelajaran Mencipta Guru Kreatif dan Berkompetensi, JP Books, Surabaya,
2007, hlm.3
[3] Zuhairini, Metodologi
Pendidikan Agama, Romadhoni, Solo, 1993, hlm. 1
[4]Nana Sudjana, Dasar-dasar
Proses Belajar Mengajar, Sinar Baru Algesindo, Bandung, cet. 6, 2002, hlm.
76
[5] Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta,
1993, hlm.291
[6] Sumadi Suryabrata, Psikologi
Pendidikan, Rajawali Press, Jakarta, 1990, hlm. 44
[7] Muhaemin Zen, Tata
Cara dan Problematika Menghafal Al-Qur’an, Al-Husna, Jakarta, 1985, hlm.
248
[9] Ibid., hlm. 253
[10] Abdurrabb Nawabuddin, Kaifa
Tahfazul Qur’an (terj. Metode Praktis Hafal Al-Qur’an, S. Ziyad Abbas), Firdaus,
Jakarta, 1993, hlm. 63
[11] Ibid., hlm. 64
[12]Ahsin Wijaya,
Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, Bumi Aksara, Jakarta, 1994, hlm. 61
[13] Muhammad Ali As-Shobuny,
At-Tibyan fi Ulumul Qur’an, Alimul Kutub, Beirut, 1985, hlm. 8
[14] Tim Janatika, Qur’an
Hadits, Aneka Ilmu, Jilid 2, 2008,
hlm. 14
[15] Joko Subagyo,
Metodologi Penelitian Teori dan Praktek, Rineka Cipta, 1991, hlm.109
[16] Muhammad Ali,
Penelitian Pendidikan Prosedur dan Strategi, PT Angkasa, Bandung, 1987,
hlm. 91
[17] Aminul Hadin Harjono, Metodologi
Penelitian Pendidikan, Thoha Putra, Semarang, 1998, hlm. 135
[18]Suharsimi Arikunto, Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Rineka Cipta, Jakarta, 1993, hlm. 188
What's your favorite casino to play for free? - Dr. McD
BalasHapusThe biggest casino floor in Vegas is probably under 4.7 상주 출장안마 million square feet. 용인 출장안마 is your favorite casino to play 인천광역 출장안마 for free 파주 출장샵 and you 청주 출장샵 could win more on this page.