Kamis, 15 Mei 2014

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN METODE HAFALAN DALAM PROSES PEMBELAJARAN AL-QUR’AN HADITS DI MTS. THORIQOTUL ULUM TLOGOHARUM WEDARIJAKSA



EFEKTIFITAS PENGGUNAAN METODE HAFALAN DALAM PROSES PEMBELAJARAN AL-QUR’AN HADITS DI MTS. THORIQOTUL ULUM TLOGOHARUM WEDARIJAKSA PATI
PROPOSAL
Disusun Guna Memenuhi Tugas Akhir Semester
Mata Kuliah :  Pratikum Penelitian
Dosen Pengampu :  Setyoningsih, M. Pd



 











Disusun oleh :
SUGIARTI
110364


 

    SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN TARBIYAH / PAI
2012

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Setiap guru memiliki kepribadian keguruan yang unik.Tidak ada dua guru yang memiliki kepribadian keguruan yang sama. Sebagaimana halnya dalam belajar, setiap orang memiliki modalitas mengajar yang dominan. Modalitas mengajar guru biasanya sama dengan modalitas belajarnya. Guru yang cenderung visual biasanya ketika dia menjadi pelajar merupakan pelajar yang visual pula. Hal itu terjadi secara alamiah.[1]
Guru yang berorientasi untuk kepentingan siswa tertentu tidak akan menuruti kecenderungan modalitasnya didalam mengajar, tetapi akan memperhatikan modalitas siswanya didalam belajar. Sebagian siswa mungkin memiliki modalitas belajar yang sama dengan guru, tapi mungkin banyak yang tidak sama. Apabila guru menuruti modalitasnya dalam mengajar, maka siswa yang modalitasnya tidak sama dengan guru mungkin tidak akan dapat menangkap semua yang diajarkan atau mendapat tantangan yang besar dalam mempelajari bahan pelajaran, sebab secara harfiah mereka memproses dunia melalui bahasa yang berbeda dengan guru.
Guru yang memiliki dedikasi tinggi tentu akan senang dapat menjangkau semua siswa dengan modalitas yang berbeda-beda. Oleh sebab itu meskipun cara belajar dan mengajar guru mencerminkan kecenderungan modalitasnya, guru hendaknya berupaya mengembangkan semua modalitas belajar mengajar. Disamping itu, guru hendak senantiasa mengembangkan kepribadian keguruan untuk menyempurnakan penguasaan terhadap berbagai kompetensi dibidang keguruan yang kian terus berkembang.[2] Dalam hal ini kompetensi untuk menetapkan, mengembangkan dan menggunakan semua metode mengajar sehingga terjadilah kombinasi dan variasi yang efektif.
Metode yang sama tidak akan membuahkan hasil yang sama ditangan gguru yang berbeda-beda. Suatu metode yang dianggap kurang baik oleh sebagian guru, mungkin merupakan metode yang baik ditangan sebagian guru yang lain. Sebaliknya, suatu metode dianggap baikpun akan menjadi buruk ditangan guru yang tidak menguasai teknik pelaksanaannya.
Mata pelajaran al-Qur’an Hadits adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan dibangku madrasah mulai tingkat ibtidaiyah, tsanawiyah sampai aliyah. Mata pelajaran ini diajarkan pada siswa dengan tujuan agar siswa memiliki bekal kemampuan menguasai al-Qur’an dan Hadits sebagai pedoman hidup menuju kebahagiaan hakiki yakni kebahagiaan didunia dan kebahagiaan diakhirat. 
Al-Qur’an Hadits sebagai salah satu mata pelajaran,didalamnya terdapat sejumlah materi yang berkaitan dengan kompetensi membaca, menulis, menghafal, menerjemahkan sampai mengetahui kandungan ayat atau hadits, juga terhadap asbabun nuzul atau asbabul wurud dari materi tersebut.
Tentunya, untuk mencapai kompetensi siswa agar dapat menguasai sejumlah materi yang dibebankan dalam mata pelajaran ini, guru harus memiliki metode yang tepat agar siswa benar-benar dapat tercapai sebagaimana yang diharapkan.
Pemberian tugas untuk menghafal ayat atau matan hadits adalah salah satu metode yang dilakukan guru untuk mempercepat penguasaan materi al-Qur’an Hadits, termasuk yang dilakukan oleh sejumlah guru yang mengampu di MTs. Thoriqotul Ulum Tlogoharum Wedarijaksa Pati.
Bertitik pada penjelasan diatas, untuk mengetahui efektifitas penggunaan metode menghafal ini, penulis ingin mendalami lebih jauh dengan mengangkat judul proposal ini tentang “EFEKTIFITAS PENGGUNAAN METODE HAFALAN DALAM PROSES PEMBELAJARAN AL-QUR’AN HADITS DI MTS. THORIQOTUL ULUM TLOGOHARUM WEDARIJAKSA PATI”.
B.  Fokus Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada MTs Thoriqotul Ulum dan batasan masalahnya adalah:
1.      Efektifitas metode hafalan dalam proses pembelajaran Al-Qur’an Hadits di MTs. Thoriqotul Ulum Tlogoharum Wedarijaksa Pati
2.      Tinjauan proses pembelajaran dan pelaksanaan metode hafalan dalam pembelajaran Al-Qur’an Hadits di MTs. Thoriqotul Ulum Tlogoharum Wedarijaksa Pati

C.  Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang masalah yang dikemukakan diatas, maka pokok permasalahan yang menjadi fokus dalam masalah ini adalah :
1.      Bagaimana pelaksanaan metode hafalan dalam pembelajaran Al-Qur’an Hadits di MTs. Thoriqotul Ulum Tlogoharum Wedarijaksa Pati ?
2.      Bagaimana proses pembelajaran Al-Qur’an Hadits di MTs. Thoriqotul Ulum Tlogoharum Wedarijaksa Pati ?
3.      Bagaimana efektifitas metode hafalan dalam pembelajaran Al-Qur’an Hadits di MTs. Thoriqotul Ulum Tlogoharum Wedarijaksa Pati ?

D.  Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1.      Mengetahui pelaksanaan metode hafalan dalam pembelajaran Al-Qur’an Hadits di MTs. Thoriqotul Ulum Tlogoharum Wedarijaksa Pati.
2.      Mengetahui proses pembelajaran Al-Qur’an Hadits di MTs. Thoriqotul Ulum Tlogoharum Wedarijaksa Pati.
3.      Mengetahui efektif atau tidaknya metode hafalan dalam pembelajaran Al-Qur’an Hadits di MTs. Thoriqotul Ulum Tlogoharum Wedarijaksa Pati.

E.  Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah :
1.      Bagi penulis dapat dijadikan pengalaman dan pengetahuan yang dapat dipahami sebagai pedoman untuk membantu dan melanjutkan kegiatan penelitian dimasa yang akan datang dalam dunia pendidikan.
2.      Diharapkan dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan bagi para guru, khususnya pengampu mata pelajaran al-Qur’an Hadits untuk memaksimalkan fungsinya agar tercapai tujuan yang diharapkan.
3.      Memberikan masukan kepada pihak yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut tentang permasalahan yang berhubungan dengan metode pembelajaran.






















BAB II
METODE HAFALAN
DALAM PROSES PEMBELAJARAN AL-QUR’AN HADITS

A.  Deskripsi Pustaka

1.      Metode Hafalan
a.       Pengertian, Fungsi, dan Tujuan Metode Hafalan
Metode adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.[3]Metode pembelajaran berarti cara-cara yang ingin dicapai oleh guru agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Dalam proses pembelajaran, pendidik dalam memilih metode pembelajaran sebaiknya memperhatikan tujuan pendidikan, kemampuan pendidik, kebutuhan peserta didik dan isi atau materi pembelajaran. Nana Sudjana telah mengidentifikasi beberapa metode pembelajaran aktif, diantaranya metode hafalan.[4] Hafalan berasal dari kata ‘hafal’ yang berarti telah masuk dalam ingatan, dapat mengucapkan diluar kepala.[5] Jadi, menghafal berarti berusaha mempelajari sesuatu agar masuk ke dalam ingatan supaya hafal sehingga dapat mengucapkan diluar kepala dengan ingatannya.
Secara teori dapat kita bedakan adanya tiga aspek dalam berfungsinya ingatan, yaitu mencamkan, yakni kesan-kesan, menyimpan kedan-kesan dan memproduksi kesan-kesan. Atas dasar inilah biasanya ingatan didefinisikan sebagai kecakapan untuk menerima, menyimpan dan memproduksi kesan-kesan.[6]
Menghafal memiliki tujuan agar selalu ingat dengan sesuatu yang telah dihafalnya. Menghafal teks atau naskah ada kalanya harus sesuai dengan naskah aslinya tanpa adanya pengurangan titik koma dan sebagainya. Hafalan yang baik akan membantu seseorang mempertahankan argumentasinya menuju suatu kebenaran.

b.      Tata Cara Penerapan Metode Hafalan
Metode hafalan, terutama dalam menghafal ayat al-qur’an atau matan hadits dapat diterapkan dengan beberapa cara, diantaranya :
1)   Menurut Muhaimin Zen
Adapun metode yang biasanya dapat digunakan untuk menghafal terutama ayat al-Qur’an atau matan hadits, yaitu tahfiz dan takrir.[7] Tahfiz yaitu menghafal materi baru yang belum pernah dihafal. Adapun caranya :
a)      Pertama kali terlebih dahulu penghafal membaca bin-nadhar (dengan melihat tulisan/mushaf) materi yang akan diperdengarkan kehadapan instruktur minimal tiga kali.
b)      Setelah dibaca bin-nadhar dan terasa ada bayangan lalu dibaca dengan hafalan (tanpa melihat mushaf) minimal tiga kali dalam satu kalimat dan maksimal tidak terbatas. Apabila sudah dibaca dan minimal tiga kali belum hafal maka perlu ditingkatkan sampai menjadi hafal betul dan tidak boleh menambah materi baru.
c)      Setelah satu kalimat tersebut ada dampaknya dan menjadi hafal dengan lancar lalu ditambah dengan merangkaikan kalimat berikutnya sehingga menjadi sempurna satu ayat. Materi-materi itu selalu dihafal sebagaimana halnya menghafal pada materi pertama, kemudian dirangkaikan dengan mengulang-ulang materi atau kalimat yang telah lewat minimal tiga kali dalam satu ayat dan maksimal tidak terbatas sampai betul-betul hafal. Tetapi apabila materi hafalan satu ayat ini belum lancar betul, maka tidak boleh pindah ke materi berikutnya.
d)     Setelah materi satu ayat ini dikuasai hafalannya dengan hafalan yang betul-betul lancar, maka diteruskan dengan menambah materi ayat-ayat baru dengan membaca bin-nadhar terlebih dahulu  dan mengulang-ulang seperti pada materi pertama. Setelah ada bayangan lalu dilanjutkan dengan membaca tanpa melihat mushaf sampai hafal betul sebagaimana halnya menghafal ayat-ayat pertama.
e)      Setelah mendapatkan hafalan dua ayat dengan baik dan lancar tidak terdapat kesalahan lagi maka hafalan tersebut diulang-ualang mulai dari materi ayat pertama dirangkai dengan ayat kedua minimal tiga kali dan maksimal tidak terbatas. Begitu pula menginjak ayat-ayat berikutnya sampai ke batas waktu yang disediakan habis dan pada materi yang ditargetkan.
f)       Setelah materi yang ditentukan menjadi hafal dengan baik dan lancar, lalu hafalan ini diperdagangkan dihadapan instruktur untuk mendapatkan petunjuk-petunjuk dan dibimbing seperlunya.
g)      Waktu menghadap instruktur pada hari kedua, penghafal memperdengarkan materi baru yang sudah ditemukan dan mengulang materi hari pertama. Begitu pula pada hari ketiga, materi hari pertama, hari kedua, dan hari ketiga harus selalu diperdengarkan untuk lebih memantapkan hafalannya.[8]

Sedangkan taqrir adalah mengulang hafalan yang sudah diperdengarkan kepada instruktur.[9]Dalam hal ini, berimbangan antara tahfiz dan takrir adalah satu banding sepuluh.

2)   Menurut Syaikh Abdurrabb Nawabuddin
Proses menghafal al-Qur’an dapat dilakukan dengan metode deduktif dan induktif.[10]Metode deduktif, yaitu mengulang-ulang hafalan sekalipun panjang sebagai satu kesatuan atau banyak tanpa dibagi-bagi.[11]Misalnya dalam menghafal surat An-Nur ada 3 bagian sekitar 8 lembar seorang enghafal harus mengulangnya dengan banyak pengulangan.
Metode induktif, yaitu membuang target hafalan dalam limitasi jumlah materi yang hendak dihafal, tujuh baris, sepuluh baris dan seterusnya.
Semua metode diatas dapat dijadikan pedoman menghafal al-Qur’an dan matan hadits. Praktik penggunaannya terserah pada calon penghafal yang menurutnya sesuai dengan karakter seseorang yang bersangkutan sebagai alternatif, sehingga akan menghilangkan kejenuhan dalam cara menghafal.

c.       Problematika Metode Hafalan
Untuk dapat menjadi mudah dalam menghafal terutama ayat-ayat al-Qur’an atau matan hadits berikut dikemukakan secara umum problematika dalam penerapan metode hafalan, antara lain :
1)      Usia
Sebenarnya tidak ada batasan usia tertentu untuk memulai menghafal ayat atau matan hadits, tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa usia seseorang memang berpengaruh terhadap keberhasilan menghafal. Seorang penghafal yang masih muda jelas akan lebih potensial daya serapnya terhadap materi-materi yang dibaca atau didengarkannya, dibangding dengan mereka yang berusia lanjut, meskipun tidak bersifat mutlak. Sebagaimana hadits nabi dari Ibnu Abbas r.a Rasulullah SAW bersabda :
حفظ الغلام الصغير كلنقش في الحجر وحفظ الرجل بعد ما يكبر كالكتاب على الماء. (رواه الخطيب)

Artinya: “ Hafalan anak kecil bagaikan ukiran di atas batu, dan hafalan sesudah dewasa bagaikan menulis di atas air.” (HR. Al-Khatib).

2)      Waktu
Diantara penghafal al-Qur’an atau matan hadits, ada yang menghafal secara khusus, artinya tidak ada kesibukan lain kecuali menghafal dan ada pula yang mempunyai kesibukan lain, seperti sekolah/ kuliah, mengajar, dan lain-lain. Bagi mereka yang tidak mempunyai kesibukan lain dapat mengoptimalkan seluruh kemampuan dan dapat memaksimalkan seluruh kapasitas waktu untuk menghafal dan akan lebih cepat selesai. Sebaliknya, bagi mereka yang mempunyai aktifitas lain harus pandai-pandai memanfaatkan waktu.

3)      Tempat
Agar proses menghafal al-Qur’an dapat berhasil, maka diperlukan tempat yang ideal untuk tercipta konsentrasi. Menurut Ahsin Wijaya kriteria tempat yang ideal untuk menghafal al-Qur’an yaitu : jauh dari kebisingan, bersih dan suci dari kotoran dan najis, cukup ventilasi untuk terjaminnya pergantian udara, tidak terlalu sempit, cukup penerangan, mempunyai temperatur yang sesuai dengan kebutuhan, tidak memungkinkan timbulnya gangguan, yakni jauh dari telepon, atau ruang tamu, atau tempat itu biasa untuk ngobrol.[12]
Jadi, pada dasarnya tempat menghafal harus dapat menciptakan suasana yang penuh untuk konsentrasi dalam menghafal ayat al-Qur’an maupun matan hadits.

2.      Proses Pembelajaran Al-Qur’an Hadits
a.       Pengertian, Fungsi dan Tujuan Proses Pembelajaran
Pembelajaran berasal dari kata belajar yang berarti adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan yang dimaksud mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pembelajaran merupakan  kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dengan lingkungannya sehingga orang tersebut dapat berubah ke arah yang lebih baik.
Masing-masing komponen dalam proses pembelajaran perlu dikelola secara profesional. Tujuannya agar masing-masing komponen tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal. Hal ini akan terwujud, jika guru sebagai design pembelajaran memiliki kompetensi manajemen pembelajaran.  
b.      Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran
Guru selalu mengharap agar siswa memperoleh hasilyang optimal dalam pembelajaran. Tetapi dalam kenyataannya, banyak siswa yang menunjukkan gejala tidak dapat mencapai hasil belajar sesuai harapan guru tersebut. Beberapa siswa menunjukkan nilai yang masih rendah,meskipun telah dilakukan berbagai upaya perbaikan oleh guru.
Nana Sudjana menjelaskan bahwa proses belajar dapat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang berupa keadaan atau kondisi, baik jasmani maupun rohani. Sedangkan faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar siswa yang kondisinya bisa berupa pengaruh lingkungan yang berasal dari luar siswa yang kondisinya berupa pengaruh lingkungan peserta didik.
c.       Al-Qur’an Hadits
Definisi Qur’an, ialah “kalam Allah SWT yang tiada tandingannya (mukjizat) yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan perantaraan malaikat Jibril AS tertulis dalam mushaf yang sampai kepada kita dengan jalan mutawatir, dinilai beribadah bagi yang membacanya, dimulai dari surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Nas”.[13]
Menurut ulama’ ahli hadits,sunnah atau hadits adalah sesuatu yang merupakan perkataan-perkataan, perbuatan-perbuatan, dan taqrir (penetapan) Rasulullah.[14]
Secara historis, al-Qur’an hadits menjadi salah satu mata pelajaran di madrasah karena pada hakekatnyamerupakan penjabaran dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang menuntut pengembangan kompetensi siswa di madrasah agar siswa menguasai sejumlah materi keagamaan setelah menamatkan pendidikannya di madrasah dibanding mereka yang menempuh pada pendidikan sekolah (bukan madrasah).
Al-Qur’an hadits sebagai salah satu mata pelajaran yang harus diikuti siswa di madrasah ini diharapakan mampu membekali siswa agar memiliki kemampuan membaca al-Qur’an dengan baik dan benar, memahami isi kandungan ayat al-Qur’an serta mampu menerapkan konsep itu dalam kehidupan sehari-hari.  

3.      Pelaksanaan Pembelajaran Al-Qur’an Hadits
Langkah yang ditempuh yaitu guru datang lebih awal dari waktu yang dijadwalkan. Hal ini dilakukan agar guru dapat menyiapkan pembelajaran dengan baik.
Teknik yang dilakukan guru pengampu dalam pelajaran al-Qur’an hadits dalam tahap penjajagan ini yaitu memberi sejumlah pertanyaan tentang hafalan ayat atau hadits yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya. Selanjutnya tahap kedua, guru pengampu mata pelajaran al-Qur’an hadits menyampaikan program pembelajaran yang akan dipelajari hari itu. Tahap ketiga, guru pengampu menjelaskan materi-materi penting yang terkait dengan tujuan pembelajaran. Tahap keempat, merupakan tahap untuk memberi kesempatan kepada peserta didik melakukan latihan-latihan. Tahap kelima, guru menyimpulkan dari materi-materi yang telah dipelajari. Tahap terakhir yaitu guru pengampu melakukan tahap evaluasi.




B.  Hasil PenelitianTerdahulu

Noor Kholis, Efektivitas Metode Menghafal Al-Qur’an Terhadap Prestasi Menghafal Al-Qur’an Bagi Santri Cilik di Pondok Hufadz “Yanbu’ut Tahfidhil Qur’an” Desa Purworejo Kecamatan Bonang Kabupaten Demak, STAIN Kudus, Jurusan Tarbiyah, 2004.
  Shofii, Pengaruh Aktifitas Menghafal Al-Qur’an Terhadap Prestasi Belajar Bahasa Arab Di Pondok Tahfidh Anak-anak Yanbu’ul Qur’an MI Tahfidhul Qur’an Krandon Kudus Tahun 2003, STAIN Kudus, Jurusan Tarbiyah, 2003.
Moh. Thotibul Umam, Pembelajaran Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits Di MTs. Isma’iliyah Desa Nalumsari, Nalumsari, Jepara Tahun Pelajaran 2010/2011,STAIN Kudus, 2011.


















BAB III
METODE PENELITIAN

A.  Jenis dan Pendekatan Penelitian

1.      Jenis Penelitian
Sesuai dengan objeknya, penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian dengan cara terjun langsung ke lokasi penelitian dan studi partisipatoris yaitu pengamatan langsung yang melibatkan peneliti didalamnya,[15] dengan mengambil studi kasus (case study) di MTs. Thoriqotul Ulum Tlogoharum Wedarijaksa Pati. Artinya penelitian ini berupaya memberikan gambaran-gambaran yang mendetail latarbelakang, sifat-sifat serta karakter yang khas dari kasus yang diambil kemudian ditarik pada suatu hal yang bersifat umum (generalisasi).

2.      Pendekatan penelitian
Karena sifat penelitian ini adalah kualitatif, yang mendasarkan pada pertimbangan bahwa fokus penelitian adalah hasil verifikasi terhadap bagaiman efektif metode hafalan dalam pembelajaran al-qur’an hadits di MTs. Thoriqotul Ulum Tlogoharum Wedarijaksa Pati.
Untuk itu penelitian dilakukan melalui suatu kajian terhadap proses pembelajaran mata pelajaran al-qur’an hadits di MTs. Thoriqotul Ulum Tlogoharum Wedarijaksa Pati. Dengan pendekatan kualitatif, diharapkan dapat menangkap dan situasi dan permasalahan-permasalahan yang dihadapi guru pengampu mapel al-qur’an hadits, serta upaya-upaya yang dilakukan dalam mengatasi masalah yang diperoleh pemahaman yang konkrit dan relatif mendalam.
  

B.  Sumber Data

Dalam metode kualitatif, orang-orang yang menjadi sumber data disebut informan. Sumber data adalah sebagai berikut:
1.      Sumber data primer
Sumber data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Berkaitan dengan hal tersebut, wawancara mendalam dilakukan kepada guru al-qur’an hadits di MTs. Thoriqotul Ulum Tlogoharum Wedarijaksa Pati.
2.      Sumber data sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber dari yang tidak langsung memberikan data pada pengumpul data, misalnya lewat dokumen-dokumen.

C.  Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di MTs. Thoriqotul Ulum di desa Tlogoharum kecamatan Wedarijaksa kabupaten Pati.

D.  Teknik Pengumpulan Data

1.      Observasi
Metode observasi yaitu metode  yang diadakan dengan cara mengadakan pengamatan terhadap obyek baik secara langsung maupun tidak langsung.[16]Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tentang keadaan geografis, sarana dan prasarana yang dimiliki, kondisi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat sekitar, dan efektif atau tidaknya penggunaan metode hafalan dalam proses pembelajaran al-Qur’an hadits di MTs. Thoriqotul Ulum Tlogoharum Wedarijaksa Pati.
2.      Wawancara
Metode wawancara (interview) adalah alat pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan secara lisan dan untuk dijawab secara lisan pula, yaitu kontak langsung dengan tatap muka antara pencari informasi (interviewer) dan sumber informasi (interview).[17] Wawancara ini ditujukan kepada guru pengampu mata pelajaran al-Qur’an hadits dan para siswa di MTs. Thoriqotul Ulum Tlogoharum Wedarijaksa Pati.
3.      Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah metode mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, majalah, surat kabar, notulen rapat, agenda, dan sebagainya.[18]Metode dokumentasi ini adalah untuk mencermati langkah-langkah guru al-qur’an hadits dalam pembelajaran, prestasi siswa dan fasilitas pendukung pembelajaran, serta dokumen perangkat pembelajaran guru.

E.  Uji Keabsahan Data

Dalam penelitian kualitatif temuan atau data dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antarayang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti.
1.      Uji Kredibilitas
Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan denga perpanjangan pengamatan, ppeningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatid, dan member check.
2.      Uji Transferabilitas
Transferabilitas pada penelitian kualitatif berkenaan dengan pertanyaan, hingga dimana penelitian dapat diterapkan atau digunakan dalam situasi lain. Oleh karena itu, peneliti harus membuat laporannya dengan uraian yang rinci, jelas, sistematik sehingga dapat dipercaya.
3.      Uji Dependabilitas
Pengujian debendabilitas biasanya dilakukan oleh tim auditor independen, atau pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melaksanakan penelitian. Jika peneliti tidak mempunyai atau tidak mampu menunjukkan aktivitasnya di lapangan maka dependabilitas penelitiannya patut diragukan.
4.      Uji Konfirmabilitas
Uji Konfirmabilitas mirip dengan uji dependabilitas sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan. Uji konfirmabilitas berarti menguji hasil penelitian. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar konfirmabilitas.

F.   Analisis Data

Dalam analisis ini diuraikan tentang penggunaan metode hafalan dalam proses pembelajaran al-Qur’an hadits.
1.      Analisa Metode Hafalan Dalam Pembelajaran Al-Qur’an Hadits.
Pembelajaran di kelas dilakukan oleh guru dengan berbagai metode agar tujuan pembelajaran tercapai secara umum guru melakukan pembelajaran diawali dengan ceramah dilanjutkan tugas-tugas lain, termasuk menghafal materi yang diajarkan ketika terjadi proses pembelajaran.
Metode menghafal ayat al-Qur’an dan matan hadits di MTs. Thoriqotul Ulum mudah diterapkan karena :
a.       Siswa telah memiliki dasar kemampuan membaca al-Qur’an dengan baik.
b.      Siswa terbiasa dengan menghafal.
c.       Fungsi hafalan bagi siswa adalah untuk perbendaharaan kompetensi dalam menunjukkan argumentasi berdebat ketika harus mengeluarkan statement yang merujuk pada al-Qur’an hadits.
  
2.      Analisa Efektifitas Metode Hafalan dalam Pembelajaran Al-Qur’an Hadits.
Hasil dari proses pembelajaran dengan menggunakan metode penugasan untuk menghafal ayat al-Qur’an dan matan hadits di MTs. Thoriqotul Ulum dapat dikatakan efektif karena adanya beberapa hal, antara lain :
a.       Waktu pembelajarannya disediakan sangat terbatas sehingga guru pengampu memanfaatkan metode menghafal ayat dan matan hadits diluar jam pembelajaran. Di kelas guru cukup menjelaskan pokok-pokok materi serta diskusi dan tanya jawab yang hasilnya dapat dilihat dalam prestasi siswa pada mata pelajaran al-Qur’an hadits.
b.      Menghafal itu mudah dan murah. Tidak perlu membutuhkan dana untuk mencapai keberhasilannya.  















DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama, Metodologi Pendidikan Agama, Dirjen Kelembagaan Agama Islam, Jakarta, 2002
Suwandi, Manajemen Pembelajaran Mencipta Guru Kreatif dan Berkompetensi, JP Books, Surabaya, 2007
Zuhairini, Metodologi Pendidikan Agama, Romadhoni, Solo, 1993
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Sinar Baru Algesindo, Bandung, Cet. 6, 2002
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1993
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Rajawali Press, Jakarta, 1990
Muhaemin Zen, Tata Cara dan Problematika Menghafal Al-Qur’an, Al-Husna, Jakarta, 1985
Abdurrabb Nawabuddin, Kaifa Tahfazul Qur’an (terj. Metode Praktis Hafal Al-Qur’an, S. Ziyad Abbas), Firdaus, Jakarta, 1993
Ahsin Wijaya, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, Bumi Aksara, Jakarta, 1994
Muhammad Ali As-Shobuny, At-Tibyan fi Ulumul Qur’an, Alimul Kutub, Beirut, 1985
Tim Janatika, Qur’an Hadits,  Aneka Ilmu, Jilid 2, 2008
Joko Subagyo, Metodologi Penelitian Teori dan Praktek, Rineka Cipta, 1991
Muhammad Ali, Penelitian Pendidikan Prosedur dan Strategi, PT Angkasa, Bandung, 1987
Aminul Hadin Harjono, Metodologi Penelitian Pendidikan, Thoha Putra, Semarang, 1998
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Rineka Cipta, Jakarta, 1993



[1] Departemen Agama, Metodologi Pendidikan Agama, Dirjen Kelembagaan Agama Islam, Jakarta, 2002, hlm. 100
[2] Suwandi, Manajemen Pembelajaran Mencipta Guru Kreatif dan Berkompetensi, JP Books, Surabaya, 2007, hlm.3
[3] Zuhairini, Metodologi Pendidikan Agama, Romadhoni, Solo, 1993, hlm. 1
[4]Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Sinar Baru Algesindo, Bandung, cet. 6, 2002, hlm. 76 
[5] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1993, hlm.291
[6] Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Rajawali Press, Jakarta, 1990, hlm. 44
[7] Muhaemin Zen, Tata Cara dan Problematika Menghafal Al-Qur’an, Al-Husna, Jakarta, 1985, hlm. 248
[8] Ibid., hlm. 248-252
[9] Ibid., hlm. 253
[10] Abdurrabb Nawabuddin, Kaifa Tahfazul Qur’an (terj. Metode Praktis Hafal Al-Qur’an, S. Ziyad Abbas), Firdaus, Jakarta, 1993, hlm. 63
[11] Ibid., hlm. 64
[12]Ahsin Wijaya, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, Bumi Aksara, Jakarta, 1994, hlm. 61
[13] Muhammad Ali As-Shobuny, At-Tibyan fi Ulumul Qur’an, Alimul Kutub, Beirut, 1985, hlm. 8
[14] Tim Janatika, Qur’an Hadits,  Aneka Ilmu, Jilid 2, 2008, hlm. 14
[15] Joko Subagyo, Metodologi Penelitian Teori dan Praktek, Rineka Cipta, 1991, hlm.109
[16] Muhammad Ali, Penelitian Pendidikan Prosedur dan Strategi, PT Angkasa, Bandung, 1987, hlm. 91
[17] Aminul Hadin Harjono, Metodologi Penelitian Pendidikan, Thoha Putra, Semarang, 1998, hlm. 135
[18]Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Rineka Cipta, Jakarta, 1993, hlm. 188

1 komentar:

  1. What's your favorite casino to play for free? - Dr. McD
    The biggest casino floor in Vegas is probably under 4.7 상주 출장안마 million square feet. 용인 출장안마 is your favorite casino to play 인천광역 출장안마 for free 파주 출장샵 and you 청주 출장샵 could win more on this page.

    BalasHapus