Kamis, 15 Mei 2014

KEDUDUKAN MANUSIA DALAM ALAM SEMESTA



KEDUDUKAN MANUSIA DALAM ALAM SEMESTA


MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Filsafat Pendidikan Islam
Dosen Pengampu : Moh. In’ami, M.Ag.


 













Disusun Oleh :
1.      Alfiyani Noor                       : 110361
2.      Anwar                                  : 110371
3.      Muhajir                                 : 110375
4.      Zahrotun Nafisah                 : 110378


SEKOLAH TINGGI AGAM ISLAM NEGERI KUDUS
TARBIYAH / PAI
TAHUN 2012


I.                   PENDAHULUAN

Manusia merupakan makhluk Allah yang paling sempurna. Sejarah penciptaan manusia di mulai dari Adam dan Hawa, yaitu manusia pertama yang menghuni bumi. Bumi diciptakan dengan tatanan kerja yang teratur, rapi dan serasi. Demikianlah alam semesta ini diciptakan, tentunya dengan hukum-hukum yang berlaku, yang mana selanjutnya akan diserahkan kepada manusia untuk dikelola, dipelihara dan dijaga dengan sebaik-baiknya.
Allah telah menjelaskan dalam firman-Nya, bahwa manusia diciptakn untuk menjadi khalifah di muka bumi ini. Tentu ini merupakan tugas dan tanggung jawab yang amat sangat berat sekali, tapi di samping itu Allah juga membekali manusia dengan berbagai potensi-potensi yang bisa dijadikan penunjang dalam menjalankan amanat tersebut. Untuk lebih jelasnya tentang kedudukan manusia dalam alam semesta, maka akan di bahas dalam makalah ini.

II.                RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana Proses Penciptaan  Manusia?
2.      Apa Tujuan dan Tugas Hidup Manusia?
3.      Apa Implikasi Konsep Manusia dalam Pendidikan Islam?

III.             PEMBAHASAN
A.    Proses Terjadinya Manusia
Dalam al-Qur’an ditemukan gambaran yang membicarakan tentang proses penciptaan manusia. Peristiwa penciptaan manusia itu sendiri di jelaskan dalam surat al-Hijr ayat 28-29 :
øŒÎ)ur tA$s% y7/u Ïps3Í´¯»n=yJù=Ï9 ÎoTÎ) 7,Î=»yz #\t±o0 `ÏiB 9@»|Áù=|¹ ô`ÏiB :*yJym 5bqãZó¡¨B ÇËÑÈ   #sŒÎ*sù ¼çmçF÷ƒ§qy àM÷xÿtRur ÏmŠÏù `ÏB ÓÇrr (#qãès)sù ¼çms9 tûïÏÉf»y ÇËÒÈ  
Artinya :28. dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk,29. Maka apabila aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, Maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.


 Firman Allah pada surat al-Mukminun ayat 12-16 :
ôs)s9ur $oYø)n=yz z`»|¡SM}$# `ÏB 7's#»n=ß `ÏiB &ûüÏÛ ÇÊËÈ   §NèO çm»oYù=yèy_ ZpxÿôÜçR Îû 9#ts% &ûüÅ3¨B ÇÊÌÈ   ¢OèO $uZø)n=yz spxÿôÜZ9$# Zps)n=tæ $uZø)n=ysù sps)n=yèø9$# ZptóôÒãB $uZø)n=ysù sptóôÒßJø9$# $VJ»sàÏã $tRöq|¡s3sù zO»sàÏèø9$# $VJøtm: ¢OèO çm»tRù't±Sr& $¸)ù=yz tyz#uä 4 x8u$t7tFsù ª!$# ß`|¡ômr& tûüÉ)Î=»sƒø:$# ÇÊÍÈ   §NèO /ä3¯RÎ) y÷èt/ y7Ï9ºsŒ tbqçFÍhyJs9 ÇÊÎÈ   ¢OèO ö/ä3¯RÎ) tPöqtƒ ÏpyJ»uŠÉ)ø9$# šcqèWyèö7è? ÇÊÏÈ  
Artinya : 12. dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.13. kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).14. kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.15. Kemudian, sesudah itu, Sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati.16. Kemudian, Sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari kiamat.
Dari ayat tersebut, ayat pertama menjelaskan tentang proses penciptaan manusia dan ayat yang kedua terdapat penjelasan tentang proses perkembangan manusia sejak berada dalam kandungan, kehidupan di dunia, hingga hancurnya jasad dan kemudian akan di bangkitkan kembali dialam akhirat.
Al Ghazali memahami uraian diatas menurut pandangannya, bahwa manusia itu terbentuk dari unsur yang sifatnya berbeda, yakni : bentuk luar yang disebut jasad dan wujud dalam hati yang disebut dengan ruh.[1] Kedua unsur tersebut mempunyai sifat yang berbeda, tetapi keduanya memiliki hubungan yang sangat erat untuk membentuk makhluk yang sempurna, yang mana satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan.
Munurut Al-Ghazali bahwasanya manusia walaupun  nantinya antara jasadnya dan jiwanya akan dipisahkan, akan tetapi keduanya akan bersatu kembali di hari kebangkitan.[2] Demikianlah penjelasan dari Al-Ghazali mengenai penciptaan manusia.
B.     Tugas dan Tujuan Hidup Manusia
a.       Tugas sebagai Khalifah
Tugas manusia didunia ini adalah untuk menjadi khalifah di muka bumi. Al-Qur’an menegaskan bahwa manusia diciptakan Allah sebagai pengemban amanah. Dimana terdapat penjelasan dalam surat ar-Ahzab ayat 72 yang artinya :
Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu Amat zalim dan Amat bodoh.
Diantara amanat yang dibebankan kepada manusia adalah dengan memakmurkan kehidupan dibumi. Yang terdapat dalam surat Huud ayat 61, yang artinya :
Dan kepada Tsamud (kami utus) saudara mereka shaleh. Shaleh berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya[726], karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku Amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)." Karena amat mulianya manusia sebagai makhluk Allah, maka manusia diberi kedudukan sebagai khalifah di bumi. Firman-Nya terdapat dalam surat al-Baqarah ayat 30, yang artinya :
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
Salah satu hal terpenting dari kekhalifahan manusia di bumi adalah pentingnya kemampuan untuk memahami alam semesta, tempat manusia hidup dan menjalankan tugasnya. Dan untuk dapat memahaminya, Allah menganugerahkan kepada manusia dengan berbagai potensi.[3]
b.      Tujuan hidup sebagai ‘Abd (Pengabdi Allah)
Konsep ini lebih cenderung mengacu pada tugas manusia sebagai hamba Allah. Tugas ini diwujudkan dalam bentuk pengabdian diri sepenuhnya kepada Allah dengan penuh keikhlasan. Jika konsep ini dapat diraih dengan baik, maka manusia akan selalu bersikap tawadhu’, tidak sombong, dan senantiasa menjalankan apa yang diperintahkan Allah.
Islam menegaskan bahwa apapun yang dikerjakan manusia hidup, maka itu bisa disebut ibadah, yang mana pekerjaan itu semata-mata hanya ditujukan untuk mencari ridho Allah. Seperti halnya belajar, bekerja dan yang lainnya, itu akan dinilai ibadah apabila dalam melakukan hal itu semata-mata hanya untuk mencari ridho Allah.[4]
C.     Implikasi Konsep Manusia dalam Pendidikan Islam
Menurut Ali Ashraf, pendidikan Islam tidak akan dapat dipahami secara jelas tanpa terlebih dahulu memahami penafsiran Islam tentang pengembangan individu seutuhnya.[5]
Ada dua implikasi dalam hubungannya dalam pendidikan Islam :
1)      Manusia adalah makhluk yang terdiri dari dua komponen (jasad dan ruh). Maka konsepsi itu mengarah ke pengembangan dari komponen-komponen tersebut. Ini berarti bahwa setiap sistemm pendidikan Islam harus dibangun atas konsep Qalbiyah dan ‘Aqliyah sehingga mampu menciptakan manusia yang yang pintar secara intelektual dan terpuji secara moral. Jika kedua komponen itu dipisahkan dalam konsep pendidikan Islam, maka sama artinya dengan kehilangan keseimbangan yang tidak akan pernah bisa berjalan secara beriringan yang bisa membentuk insane-insan yang sempurna.
2)      Al-Qur’an menjelaskan fungsi penciptaan manusia yaitu sebagai khalifah dan ‘abd. Dan untuk melaksanakan itu semua manusia sudah dibekali dengan seperangkat potensi. Dalam hal ini, pendidikan Islam harus mampu mengembangkan potensi yang dimiliki manusia secara maksimal sehingga dapat diwujudkan dalam hal nyata. Yang mana akan bermanfaat bagi diri, lingkungan maupun masyarakat luas, baik sebagai khalifah maupun ‘abd.[6]

IV.             KESIMPULAN
Ø  Dalam Al-Qur’an, Allah telah menjelaskan tentang penciptaan manusia dalam beberapa ayat-Nya secara jelas, walaupun masih terdapat beberapa perbedaan pendapat tentang hal tersebut. Akan tetapi pada intinya bahwasanya manusia terdiri dari dua unsure yang tidak dapat dipisahkan dan saling terkait antara yang satu dengan yang lainya yakni, unsur luar yang berbentuk jasad dan wujud dalam hati yang berupa ruh.
Ø  Secara garis besar tugas dan tujuan hidup manusia ada 2 macam, yaitu :
1.      Tugas Sebagai Khalifah di muka bumi.
2.      Tugas dan Tujuan Hidup Sebagai ‘Abd (Pengabdi) kepada Allah.
Ø  Ada dua implikasi konsep manusia dalam hubungannya dengan pendidikan Islam :
1.      Manusia adalah makhluk yang terdiri dari dua komponen (jasad dan ruh). Maka konsepsi itu mengarah ke pengembangan dari komponen-komponen tersebut.
2.      Al-Qur’an menjelaskan fungsi penciptaan manusia yaitu sebagai khalifah dan ‘abd. Dan untuk melaksanakan itu semua manusia sudah dibekali dengan seperangkat potensi

V.                PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat kami sampaikan. Apabila terdapat kekurangan mohon dimaafkan yang sebesar-besarnya. Mohon bantuan untuk kritik dan saran untuk lebih membangun kami, supaya kedepan bisa lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat. Amin.

VI.             DAFTAR PUSTAKA
Ø  Samsul Nizar, Filsafat pendidikan islam,Jakarta : Ciputat Pers.
Ø  Ali Ashraf, Horison Baru Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Progresif, 1989,
Ø  Muhammad Yasir Nasution, Manusia Menurut al-Ghazali, Jakarta : CV Rajawali, 1988.
Ø  Al-Ghazali, Kimia Sa’adah, terj. Haidar Bagir, Mizan, Bandung, 1990.



[1] Al-Ghazali, Kimia Sa’adah, terj. Haidar Bagir, Mizan, Bandung, 1990, hal.11
[2] Muhammad Yasir Nasution, Manusia Menurut al-Ghazali, Jakarta : CV Rajawali, 1988,hal.92
[3]Samsul Nizar, Filsafat pendidikan islam, Jakarta : Ciputat Pers, hal.18
[4] Ibid, hal.20
[5] Ali Ashraf, Horison Baru Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Progresif, 1989, hal.1
[6] Op.cit, hal.22

Tidak ada komentar:

Posting Komentar