MODEL PENELITIAN STUDI
KASUS DALAM MENGKAJI MASALAH-MASALAH PENDIDIKAN
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi
Tugas
Mata Kuliah :
Metodologi Penelitian Kualitatif
Dosen Pengampu : Dr.
Abdul Karim, M.Pd
Disusun Oleh :
1.
Nazif
Fahmi : 110363
2.
Sugiarti : 110364
3.
. :
4.
SEKOLAH TINGGI AGAM ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN TARBIYAH / PAI
TAHUN 2012
A.
PENDAHULUAN
Hakikat kehadiran setiap individu dalam proses hidup
ini, diantaranya adalah mengemban status dan peran sebagai ‘terdidik dan
mendidik’. Asumsi itulah yang menyebabkan kita semua apabila memahami dan
mengkaji tentang ‘peran atau fungsi guru’ dalam proses mendidik diri
sendiri dan peserta didik di sekolah tidak akan habis untuk diperbincangkan,
baik pada level masyarakat awan maupun level masyarakat ilmuwan.
Dari beberapa kajian ilmiah berkaitan dengan fungsi
dan peran guru dalam proses pembelajaran tentang ilmu pengetahuan atau pola
budaya pada peserta didik, menyimpulkan bahwa kedudukan guru memegang peran
sentral sebagai: (1) Salah satu media pentransfer ilmu pengetahuan pada anak;
(2) Pembimbing proses perubahan pola perilaku kehidupan anak didik kearah lebih
baik; dan (3) Fasilitator/ pengarah dalam proses pemecahan beragam problem
peserta didik yang berkaitan dengan proses pembelajaran dan persoalan pribadi
sebagai warga masyarakat. Agar setiap guru BP/BK mampu menjalankan ketiga peran
sentral tersebut, maka setiap guru BP/BK disepanjang waktu harus terus berjuang
untuk meningkatkan kualitas profesinya, khususnya berkaitan dengan kualitas
pelayanan ketiga peran tersebut. Kualitas kompetensi profesional guru
BP/BK adalah menyangkut: Kompetensi kepribadian; kompetensi sosial; kompetensi
paedagogik; dan kompetensi profesi.
Mengkaji tentang metode meningkatkan kualitas peran
dan profesionalitas guru BP/BK dalam mentranfer ilmu (transfer of science),
internalisasi dan transfer nilai-norma (transfer of value and norm), dan
sebagai pembimbing (guidance) dalam proses perubahan perilaku peserta
didik di sekolah, setiap guru BP/BK dituntut memiliki pemahaman dan sudut
pandang secara multidimensional dalam proses pemberian layanan pada peserta
didik. Banyak wacana yang telah disampaikan oleh para ahli, baik melalui media
publikasi jurnal penelitian ilmiah, maupun buku kajian ilmiah yang membahas tentang,
bagaimana metode atau strategi yang dapat ditempuh dalam meningkatkan kualitas
kompetensi profesional guru BP/BK di sekolah.
Salah satu bagian penting dari upaya meningkatkan
kompetensi profesional guru BP/BK adalah, menumbuhkan motivasi guru BP/BK untuk
menulis, membuat karya lmiah atau melakukan penelitian studi kasus. Penelitian
Studi Kasus (Case Study) merupakan salah satu bagian karya tulis ilmiah
yang harus dikuasai oleh setiap guru BP/BK, agar proses layanan pembimbingan
pada peserta didik di sekolah terus terjadi peningkatan kualitas hasil
pembelajaran siswa dan peningkatan kualitas kepribadian siswa dan guru BP/BK.
Berikut ini dijelaskan tentang bagaimana cara melakukan kegiatan penelitian
studi kasus.
B.
RUMUSAN
MASALAH
Dari hal
tersebut, maka dapat dirumuskan masalah-masalah sebagai berikut:
1.
Apakah studi
kasus itu ?
2.
Apa saja
jenis-jenis studi kasus itu ?
3.
Bagaimana
langkah-langkah dalam penelitian studi kasus itu ?
4.
Bagaimanakah
studi kasus yang baik itu ?
5.
Bagaimana
penelitian studi kasus dalam mengkaji pendidikan ?
C.
PEMBAHASAN
1.
Pengertian
Studi Kasus
Penelitian kasus adalah suatu penelitian yang dilakukan secara
intensif, terinci, dan mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga atau gejala
tertentu. Ditinjau dari wilayahnya, maka penelitian kasus hanya meliputi daerah
atau subyek yang sangat sempit. Tetapi ditinjau dari sifat penelitian,
penelitian kasus lebih mendalam.[1]
Menurut Bogdan dan Bikien (1982) studi kasus merupakan pengujian secara
rinci terhadap satu latar atau satu orang subjek atau satu tempat penyimpanan
dokumen atau satu peristiwa tertentu . Surachrnad (1982) membatasi pendekatan
studi kasus sebagai suatu pendekatan dengan memusatkan perhatian pada suatu
kasus secara intensif dan rinci. SementaraYin (1987) memberikan batasan yang lebih
bersifat teknis dengan penekanan pada ciri-cirinya. Ary, Jacobs, dan Razavieh
(1985) menjelasan bahwa dalam studi kasus hendaknya peneliti berusaha menguji
unit atau individu secara mendalarn. Para peneliti berusaha menernukan sernua
variabel yang penting.[2]
Secara umum,
pengertian-pengertian tersebut mengarah pada pernyataan bahwa, sesuai dengan
namanya, penelitian studi kasus adalah penelitian yang menempatkan sesuatu atau
obyek yang diteliti sebagai ‘kasus’.
Definisi yang paling sering dijumpai tentang
studi kasus semata-mata mengulangi jenis-jenis topik yang aplikatif. Sebagai
contoh, dalam kata-kata seorang pengamat bahwa Esensi studi kasus, adalah
mencoba menjelaskan keputusan-keputusan tentang mengapa studi tersebut dipilih,
bagaimana mengimplementasikannya, dan apa hasilnya (Scharmm,1971).[3]
Berdasarkan batasan tersebut dapat dipahami bahwa batasan studi kasus
meliputi: (1) sasaran penelitiannya dapat berupa manusia, peristiwa, latar, dan
dokumen; (2) sasaran-sasaran tersebut ditelaah secara mendalam sebagai suatu
totalitas sesuai dengan latar atau konteksnya masing-masing dengan maksud untuk
mernahami berbagai kaitan yang ada di antara variabel-variabelnya.
Setiap analisis kasus mengandung data berdasarkan wawancara, data
berdasarkan pengamatan, dokumenter, kesan dan pernyataan orang lain mengenai
kasus tersebut.[4]
Contoh:
Disuatu kelas terdapat seorang siswa yang sangat menonjol, lain dari
yang lain. Jika diajar tidak pernah tenang, sifatnya keras, suka membantah.
Sikapnya berang. Tapi prestasinya luar biasa baik. Siswa seperti ini pantas
dijadikan “kasus”, artinya dijadikan subyek dalam penelitian kasus.
Di dalam penelitian tersebut siswa diselidiki, apa sebab mempunyai
tingkah laku demikian. Apa latar belakangnya, bagaimana sejarahnya, dan
seterusnya.
2.
Jenis-jenis
Studi Kasus
a. Studi kasus kesejarahan mengenai organisasi, dipusatkan pada
perhatian organisasi tertentu dan dalam kurun waktu tertentu, dengan rnenelusuri
perkembangan organisasinya. Studi ini sering kurang memungkinkan untuk diselenggarakan,
karena sumbernya kurang mencukupi untuk dikerjakan secara minimal.
b. Studi kasus observasi, mengutamakan teknik pengumpulan datanya
melalui observasi peran serta atau pelibatan (participant observation),
sedangkan fokus studinya pada suatu organisasi tertentu. Bagian-bagian
organisasi yang menjadi fokus studinya antara lain: (a) suatu tempat tertentu
di dalam sekolah; (b) satu kelompok siswa; (c) kegiatan sekolah.
c. Studi kasus sejarah hidup, yang mencoba mewawancarai satu orang
dengan maksud mengumpulkan narasi orang pertama dengan kepemilikan sejarah yang
khas. Wawancara sejarah hidup biasanya mengungkap konsep karier, pengabdian
hidup seseorang, dan lahir hingga sekarang, masa remaja, sekolah, topik persahabatan
dan topik tertentu lainnya.
d. Studi kasus kemasyarakatan, merupakan studi tentang kasus
kemasyarakatan (community study) yang dipusatkan pada suatu lingkungan tetangga
atau masyarakat sekitar (kornunitas), bukannya pada satu organisasi tertentu
bagaimana studi kasus organisasi dan studi kasus observasi.
e. Studi kasus analisis situasi, jenis studi kasus ini mencoba
menganalisis situasi terhadap peristiwa atau kejadian tertentu. Misalnya
terjadinya pengeluaran siswa pada sekolah tertentu, maka haruslah dipelajari
dari sudut pandang semua pihak yang terkait, mulai dari siswa itu sendiri,
teman-temannya, orang tuanya, kepala sekolah, guru dan mungkin tokoh kunci
lainnya.
f. Mikroethnografi, merupakan jenis studi kasus yang dilakukan pada
unit organisasi yang sangat kecil, seperti suatu bagian sebuah ruang kelas atau
suatu kegiatan organisasi yang sangat spesifik pada anak-anak yang sedang
belajar menggambar.
3.
Langkah-Langkah
Penelitian Studi Kasus
a. Pemilihan kasus: dalam pemilihan kasus hendaknya dilakukan secara
bertujuan (purposive) dan bukan secara rambang. Kasus dapat dipilih oleh
peneliti dengan menjadikan objek orang, lingkungan, program, proses, dan masyarakat
atau unit sosial. Ukuran dan kompleksitas objek studi kasus haruslah masuk akal,
sehingga dapat diselesaikan dengan batas waktu dan sumber-sumber yang tersedia;
b. Pengumpulan data: terdapat beberapa teknik dalarn pengumpulan data,
tetapi yang lebih dipakai dalarn penelitian kasus adalah observasi, wawancara,
dan analisis dokumentasi. Peneliti sebagai instrurnen penelitian, dapat
menyesuaikan cara pengumpulan data dengan masalah dan lingkungan penelitian,
serta dapat mengumpulkan data yang berbeda secara serentak;
c. Analisis data: setelah data terkumpul peneliti dapat mulai
mengagregasi, mengorganisasi, dan mengklasifikasi data menjadi unit-unit yang
dapat dikelola. Agregasi merupakan proses mengabstraksi hal-hal khusus menjadi
hal-hal umum guna menemukan pola umum data. Data dapat diorganisasi secara
kronologis, kategori atau dimasukkan ke dalam tipologi. Analisis data dilakukan
sejak peneliti di lapangan, sewaktu pengumpulan data dan setelah semua data
terkumpul atau setelah selesai dan lapangan;
d. Perbaikan (refinement): meskipun semua data telah terkumpul, dalam
pendekatan studi kasus hendaknya dilakukan penyempurnaan atau penguatan
(reinforcement) data baru terhadap kategori yang telah ditemukan. Pengumpulan
data baru mengharuskan peneliti untuk kembali ke lapangan dan barangkali harus
membuat kategori baru, data baru tidak bisa dikelompokkan ke dalam kategori
yang sudah ada;
e. Penulisan laporan: laporan hendaknya ditulis secara komunikatif,
rnudah dibaca, dan mendeskripsikan suatu gejala atau kesatuan sosial secara
jelas, sehingga rnernudahkan pembaca untuk mernahami seluruh informasi penting.
Laporan diharapkan dapat membawa pembaca ke dalam situasi kasus kehidupan seseorang
atau kelompok.
4.
Ciri-ciri
Studi Kasus yang Baik
a. Menyangkut sesuatu yang luar biasa, yang berkaitan dengan
kepentingan umum atau bahkan dengan kepentingan nasional.
b. Batas-batasnya dapat ditentukan dengan jelas, kelengkapan ini juga
ditunjukkan oleh kedalaman dan keluasan data yang digali peneliti, dan kasusnya
mampu diselesaikan oleh penelitinya dengan baik dan tepat meskipun dihadang
oleh berbagai keterbatasan.
c. Mampu mengantisipasi berbagai alternatif jawaban dan sudut pandang
yang berbeda-beda.
d. Keempat, studi kasus mampu menunjukkan bukti-bukti yang paling
penting saja, baik yang mendukung pandangan peneliti maupun yang tidak
mendasarkan prinsip selektifitas.
e. Hasilnya ditulis dengan gaya yang menarik sehingga mampu
terkomunikasi pada pembaca.
5.
Model
Penelitian Studi Kasus dalam Mengkaji Masalah-masalah Pendidikan
Studi kasus memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan
mendetail. Subjek yang diselidiki terdiri atas satu unit (kesatuan unit) yang
dipandang sebagai kasus. Oleh karena bersifat mendalam dan mendetail maka studi
kasus pada umumnya menghasilkan gambaran yang longitudinal, yaitu hasil pengumpulan
dan analisis data dalam satu jangka waktu. Kasusnya dapat terbatas pada satu
orang, satu lembaga, satu keluarga, satu peristiwa, satu desa, ataupun satu
kelompok manusia dan kelompok objek lain yang terbatas yang dipandang sebagai
kesatuan. Segala hal yang mempunyai arti dalam riwayat kasus, misalnya
peristiwa terjadinya perkembangannya dan perubahan-perubahannya, mendapat
perhatian sepenuhnya dari peneliti.[5]
Paradigma pembelajaran dan pembimbingan dewasa ini adalah menuntut
adanya peningkatan kualitas profesional pendidik di sekolah dengan lebih
menekankan pada aspek keaktifan, kreatifitas siswa dan kemandirian siswa.
Salah satu bagian penting yang akan menunjang guru BP/BK mampu
meningkatkan kualitas kompetensi profesionalnya adalah kemampuan untuk
melakukan penelitian atau melakukan kajian secara intens berkaitan dengan
bidang pekerjaannya.
Ada beberapa argumentasi atau alasan mengapa setiap guru BP/BK harus
memiliki kemampuan untuk melakukan penelitian studi kasus (CSR), antara lain:
1.
Kemampuan
guru BP/BK melakukan CSR dapat meningkatkan
kualitas akademik dan non akademik secara terus menerus, serta mempunyai
kemampuan mengambil keputusan sesuai dengan
profesinya (profesional judgment)
2. Penelitian studi kasus (CSR), dapat
mengembalikan rasa percaya diri (self confidence) guru BP/BK,
sehingga mampu mengemban tugas-tugas profesionalnya. Melalui CSR, guru BP/BK
melatih diri mengamati secara jeli beragam problema peserta didik di sekolah,
apa yang menjadi sebab terjadinya problem, dan bagaimana cara mencari jalan
keluar yang terbaik dalam menyelesaikan problem bagi peserta didik.
3. Penelitian studi kasus (CSR),
dapat menumbuhkan semangat membebaskan (liberating) dan menyetarakan (emancipating)
dalam konteks profesi guru BP/BK. Artinya ketika guru BP/BK mempunyai rasa
kepercayaan diri dan harga diri (self esteem) sebagai guru BP/BK yang
profesional, dia akan mandiri, tidak tergantung pada pihak lain, punya semangat
inovatif dalam proses layanan pembimbingan siswa.
4. Penelitian studi kasus (CSR), dapat
memberikan masukan (input) bagi guru BP/BK dalam hal: (a) penyusunan program layanan
pembimbingan di kelas (sekolah); (b) strategi memecahkan beragam problema peserta didik untuk
kemudian dicari solusi yang terbaik dalam mencapai kualitas prestasi belajar
siswa; (c) upaya guru BP/BK dalam melakukan inovasi layanan pembimbingan pesrta didik di
sekolah; dan (d) membangun
iklim hubungan yang persuasif, komunikatif antara peserta didik dengan
guru BP/BK, sehingga siswa tidak merasa takut atau enggan bertemu dengan guru
BP/BK .[6]
D. KESIMPULAN
1.
Penelitian
kasus adalah suatu penelitian yang dilakukan secara intensif, terinci, dan
mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga atau gejala tertentu.
2.
Jenis-jenis
Studi Kasus:
a. Studi kasus kesejarahan organisasi
b. Studi kasus observasi
c. Studi kasus sejarah hidup
d. Studi kasus kemasyarakatan
e. Studi kasus analisis situasi
f. Mikroethnografi
3.
Langkah-Langkah
Penelitian Studi Kasus
a. Pemilihan kasus
b. Pengumpulan data
c. Analisis data
d. Perbaikan (refinement)
e. Penulisan laporan
4.
Ciri-ciri
penelitian yang baik:
a. Menyangkut sesuatu yang luar biasa
b. Batas-batasnya dapat ditentukan dengan jelas
c. Mampu mengantisipasi berbagai alternatif jawaban dan sudut pandang
yang berbeda-beda.
d. Mampu menunjukkan bukti-bukti yang paling penting
e. Hasilnya ditulis dengan gaya yang menarik sehingga mampu
terkomunikasi pada pembaca.
5.
Model Penelitian Studi Kasus dalam Mengkaji
Masalah-masalah Pendidikan
Studi kasus memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan
mendetail. Subjek yang diselidiki terdiri atas satu unit (kesatuan unit) yang
dipandang sebagai kasus. Paradigma pembelajaran dan pembimbingan dewasa ini
adalah menuntut adanya peningkatan kualitas profesional pendidik di sekolah
dengan lebih menekankan pada aspek keaktifan, kreatifitas siswa dan kemandirian
siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Suharsimi Arikunto, Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2006
Arifin,
Pengantar Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif,
FPISH. IKIP Budi Utomo Malang, Malang, 2009
Deddy
Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi Dan
Ilmu Sosial Lainnya, PT.Remaja Rosda karya, Bandung, 2006
I Made Wirartha, Metodologi
Penelitian Sosial Ekonomi, Andi Yogyakarta, Yogyakarta, 2006
Robert K. Yin, Studi
Kasus Desain & Metode, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005
.
[1] Suharsimi Arikunto, Prosedur
penelitian suatu pendekatan praktik, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2006, hal.
142
[2]
http://ardhana12.wordpress.com/2008/02/08/metode-penelitian-studi-kasus/
[3] Robert K. Yin, Studi
Kasus Desain & Metode, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005, hal.17
[4] Deddy Mulyana, Metodologi
Penelitian Kualitatif paradigma baru ilmu komunnikasi dan ilmu sosial lainnya, PT.Remaja
Rosda karya, Bandung, 2006, hal. 202
[5] I Made Wirartha, Metodologi
Penelitian Sosial Ekonomi, Andi Yogyakarta, Yogyakarta, 2006, hal. 145-146
[6] Arifin,
Pengantar Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif,
FPISH. IKIP Budi Utomo Malang, Malang, 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar